
“Bahagiakanlah orang tuamu, maka hidupmu akan bahagia”. Begitulah nasihat yang sering diperdengarkan dan didengar banyak manusia. Saya pun sependapat karena saya berkeyakinan ridho Allah tergantung ridho orang tua. Saya menilai telah banyak hal yang dilakukan mereka demi kelangsungan kehidupan kami. Tak kenal lelah serta tak mudah menyerah melakukan apa saja demi kami sekeluarga. Sungguh tak terhitung berapa besar jasa dan pengorbanan beliau. Pantas saja Allah meletakkan ridho di kedua tangannya. Walau tak sepenuhnya kehidupan tergantung pada orang tua, namun itu bukti nyata tajalli Allah dalam kehidupan di bumi. Tak terhitung jumlah kebaikan dan sulit bagi saya untuk bisa membalas semua kebaikan orang tua.
Sekarang saya sudah merasakan posisi menjadi seorang ayah. Merasakan apa yang menjadi tanggung jawab ayah saya dulu. Penuh drama serta dialektika kebenaran serta peliknya narasi kehidupan. Di tengah kecamuk dialog dua sisi hati dan pikiran muncul pertanyaan, “Bagaimana saya membahagiakan ayah di keadaan seperti ini?” Di benak masih carut marut dan belum tertata. Fikiran saya langsung berasumsi jika di-support finansial mereka akan bahagia, minimal senang.
Sejenak saya tertegun. Kretek saya hisap dalam-dalam. Apakah saya sebagai ayah mengharapkan demikian. Di mana anak saya tengah berjuang di tengah samudera kehidupan, melewati badai tak kunjung reda ditemani sinar rembulan dan diselimuti awan hitam. Apakah tega hati ini mengharap yang demikian. Melihat anak yang gigih berjuang walaupun kemungkinan kecil untuk selamat, namun terap survive, saya sudah merasa bangga dan senang sekali. Dan tak mungkin saya tidak meridhoinya. Segenap badan dan hati, serta seluruh ridho saya berikan kepada anak tanpa syarat apa pun. Untuk semangat perjuangan dalam bahtera mengarungi samudra kehidupan. Namun ini pemikiran saya sebagai ayah dari seorang anak. Namun kewajiban saya sebagai anak kepada ayah, tetaplah harus dilaksanakan. Membuat bahagia dan senang.
“Hai, ayah sudah pulang,” sambutan buah hati mengakhiri dialektika pikiran dan hati.
21 Januari 2025
Nanang Timur
JM Damar Kedhaton tinggal di Kedanyang, Gresik