Bahagia itu Mahal

Sumber : Ilustrasi kopi dan cemilan by zay dengan playground AI

Secangkir kopi dan sebungkus rokok Harmoni pagi hari. Begitu damai dan syahdu. Membuat hati tenang dan nyaman, menerbitkan sebuah harapan dan semangat menapaki hari. Seakan sudah tercukupkan keinginan. Tak ada lagi kebutuhan memenuhi isi kepala yang menuntut untuk dipenuhi. Seakan sudah ini cukup bagi saya, tak perlu saya mencari lebih. Toh hal ini sudah sangat menggembirakan hati.

Namun apakah sesederhana itu kawan? Kebahagiaan itu mahal.

Di samping faktor internal, yaitu kemampuan untuk merasa cukup atas yang diberikan saat ini. Hal itu bukanlah hal yang mudah. Perlu banyak latihan yang konsisten. Selalu mencari celah kebahagiaan. Di luar sana banyak hal yang dijadikan bahan pembanding sehingga menimbulkan rasa yang tidak terima dengan keadaan saat ini. Menarasikan setiap kejadian yang mampu diterjemahkan oleh akal dalam memandang jagad sehingga sinkron dengan narasi yang ada dalam akal. Hal ini mampu mengubah cara pandang terhadap jagad ini.

Di sisi lain, eksternal, walau terlihat simpel dan murah, ternyata itu sangat mahal harganya. Mulai dari kemampuan menyeruput kopi dan menghisap rokok, itu bukan perkara yang mudah. Dibutuhkan kesehatan, bibir, mulut, lidah, tenggorokan, tangan, juga paru-paru berfungsi secara utuh. Jika berkurang atau disfungsi, maka semua tidak akan terjadi dan terasa tidak nikmat sama sekali.

Belum juga faktor suasana di sekitar. Bayangkan saja bila di sekitar tidak tenang dan banyak gangguan padahal ingin sendiri untuk satu batang rokok saja. Mengondisikan suasana seperti itu mahal harganya.

Korek, gelas, kopi, juga sebungkus rokok, ketika sampai di depan kita dan siap dinikmati butuh proses yang sangat panjang. Melibatkan beribu tangan, akomodasi, sarana prasarana, bahan alam dan banyak bahan penunjang lainnya. Ketersediaan udara yang begitu melimpah juga menunjang, dan itu mahal. Banyak tangan dan mausia yang terlibat untuk menghasilkan maha karya yang siap dinikmati. Penuh perjuangan keringat dan dedikasi tinggi untuk memberikan hadiah yang super istimewa bagi sesama.

Jika demikian hidup ini mahal. Saya bertanya dalam diri saya sendiri, “Akan kamu tukarkan dengan apa hidupmu? Apakah tidak rugi jika kamu tukarkan dengan hal yang tidak sepadan dengan hidupmu yang mahal itu?”

(terinspirasi oleh Kaji Bombom)

 

16 November 2024

Nanang Timur

JM Damar Kedhaton tinggal di Kedanyang, Gresik