
Drama-drama 365 hari hampir di ujung puncak. Menurut Nike Ardilla, pada lagu Panggung Sandiwara, “setiap insan dapat satu peranan yang harus kita mainkan, ada peran wajar dan ada peran berpura-pura, mengapa kita bersandiwara, mengapa kita bersandiwara”. Begitulah bait dari cuplikan lagu yang populer di tahun 90an.
Menjalankan sebuah peran memang tidaklah mudah, penuh dengan keringat, air mata, bahkan hatinya terluka. Namun bagaimana pun juga setiap ada kesulitan pasti Tuhan menyiapkan kemudahan. Begitulah yang terukir di sebuah firman Tuhan “Inna ma’al ‘usri yusra”. Jadi tenang saja, tanpa risau atau khawatir apa yang ada di depan, tahun 2025, adalah cetakan yang terbaik untuk kita tempuh menurut versi Tuhan. Bukankah kita hanyalah menjadi aktor sebuah drama di dunia ini. Lakukan peranmu dengan sebaik mungkin.
Malam ini sambil mendengarkan lantunan musik 2000an di sebuah warung kopi, kurekam apa yang ada di pikiran tanpa ku harus membacanya ulang. Aku hanyalah mengalir seperti Banyu Mili, tanpa peduli dengan tanda koma, titik, spasi, tanda petik, atau lainnya. Yang aku mengerti ialah semua yang terjadi sudah ada dan tertulis di catatan staf-Nya. Ku hanya berusaha memberikan tanda baca setiap yang tertulis, selanjutnya terserahlah. Wkwkwk.
Entah ini doa atau diriku yang merasa gemedhe ati, asumsiku memaknai tahun 2025 ke depan ialah tahun kemajuan dan kemakmuran bagi dulur-dulur Maiyah, khususnya dulur-dulur Damar Kedhaton. Setelah menyimak keadaan lingkungan yang kudapati ialah banyak bermunculan orang-orang pintar dengan instan melalui bantuan AI atau Chat GPT, maka yang dibutuhkan alam kini bukanlah orang pintar namun insan yang jujur. Nah, sikap dan sifat itu kutemukan di Damar Kedhaton. Selamat berjuang, selamat diamanahi oleh Pemilik Semesta.
Mungkin inilah alasan kenapa drama yang sudah direncanakan Cak Nanang untuk ditampilkan di Telulikuran Damar Kedhaton gagal. Karena drama itu akan dimainkan di 2025 Cak Nang, yang sabar ya!!
Mohon maaf ini bukanlah klenik atau ramalan, namun hanyalah asumsi yang muncul dari gejala-gejala alam yang terekam di hati dan pikiran.
Sambil kita terus mengingat, “Robbi anzilni munzalan mubarokan wa anta khairul munzilin”
Warkop, Gresik 27 Desember 2024
Fauzi “Madrim” Effendy
JM Damar Kedhaton, tinggal di Gresik Kota