Berserah di Tengah Gelisah

https://images.app.goo.gl/kTwqZjRArptk7Stu6

Berserah di Tengah Gelisah

Mungkin ada perbedaan dalam menyikapi, menghadapi derasnya informasi tentang Covid-19, meskipun tidak banyak juga informasi yang negatif, saya – yang menyadari dan terbukti secara medis ada gangguan kejiwaan – merasakan bahwa sebagai jamaah maiyah, dengan membaca tulisan Simbah membuat cara berpikir saya tentang coronavirus lebih meluas.

Harus saya akui, kadang – kadang saya masih dihantui ketakutan yang membuat saya tidak bisa tidur dengan nyenyak. Begitu berlimpah dan deras informasi yang masuk melalui media massa, medsos, dan media lainya, yang tak sedikit mengandung hoax. Sejak pertama terdengar kabar tentang Covid-19, sampai saat ini secara langsung dan tidak langsung, membuat perasaan setiap orang gusar, gundah gulana, termasuk saya. Emosi dan pola pikir mudah terpengaruh dengan berbagai pemberitaan yang sering bikin resah.

Sejak jauh-jauh hari, istri dan anak saya dengan sabar mengingatkan saya agar berpikir yang rasional. Akan tetapi, semakin saya berpikir semakin tidak membuat plong, malah menambah beban. Saya bersyukur di situasi seperti itu pikiran saya selalu tertuju ke tulisan Simbah yang ada di caknun.com, yang biasanya dalam sehari lahir dua tulisan. Sejak santer berita tentang coronavirus, Simbah menulis secara berseri di rubrik Tajuk dan Khasanah. Dengan membacanya, pikiran saya selalu menemukan hal baru yang minimal tidak menambah sedih apalagi uraian tentang coronavirus dijelaskan dari berbagi sudut pandang; secara ilmiah, secara agama dan secara budaya. Sehingga dengan adanya tulisan tersebut membuat cakrawala menjadi tidak cupet, dan menggiring agar kita dapat mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, tidak lagi takabbur, sombong dan lain sebagainya yang menjadi kebiasan kita. Ditambah lagi dengan adanya wirid-wirid yang disampaikan Simbah, yang merupakan vaksin ruhani yang membuat kekebalan dalam jiwa dan raga kita.

Dalam cerita sufi dikisahkan tentang seorang alim yang saat itu bertemu dengan mahluk sejenis virus. Saat itu Sang Alim menyapa, “Hai virus, mau apa dan hendak kemana?”. Virus tersebut menjelaskan akan maksud dan tujuannya, bahwa dia ditugaskan untuk menyebarkan wabah sebuah penyakit yang mengerikan. Sang Alim pun bertanya berapa banyak korbanya, virus menjawab sekitar 10.000. Setelah memberi penjelasan maksud dan tujuannya virus pun pamit meninggalkan Sang Alim. Setelah beberapa bulan berlalu Sang Alim berjumpa kembali dengan virus dan menanyakan bagaimana dengan tugas yang telah ia jalankan. Si virus menceritakan bahwa korbannya adalah 30.000. Sang Alim pun teringat bahwa dulu si virus mengatakan hanya 10.000 tapi mengapa kok bisa sampai memakan korban 30.000. “Secara SOP tugasku hanya 10.000, dan yang 20.000 adalah korban dari kepanikan mereka sendiri.

Dari kisah tersebut ada hikmah yang bisa saya ambil bahwa kepanikan adalah separuh penyakit. dan beberapa hari yang lalu kepanikan itu benar – benar saya alami. Semoga semuanya secepatnya berlalu dan membuat kehidupan normal seperti sediakala. “Ketenangan adalah separuh obat dan kesabaran adalah langkah awal kesembuhan” (Ibnu Sina)

 

Syuhada Nasrulloh

JM Damar Kedhaton, tinggal di Bungah.