Jarak Langit dan Bumi

Jarak Langit dan Bumi

Sumber :https://images.app.goo.gl/EotwD52UwrGcj4fGA

Mat Juki kesal. Kopi pahit yang baru diraciknya tumpah kesenggol tangan Mat Hari yang sedang ngisengin Mat Juki. Sambil menggerutu akhirnya Mat Juki pergi ke warung untuk beli kopi raciknya Yuk Yuli. Sekalian ambil tiga batang rokok. Dua batang dimasukan bungkus yang dia bawa dari rumahnya, yang sebelumnya dia sempetin ambil di atas kusen pintu rumahnya. Dan satu batang rokok dinyalakannya menuju tepi sawah dekat kontrakan Yuk Tinah.

Ya memang dia lagi kesal karena ulah Mat Hari. Tetapi Mat Juki tak pernah lama menyesali perbuatan yang dilakukan karibnya itu. Karena karibnya adalah teman satu-satunya di kontrakan “paseduluran mantab jiwa”, sebutan kontrakan “Double Mat” itu.

Waktu itu berlangsung sore hari, senja di ufuk barat mengantarkan matahari ke peraduannya. Sambil menikmati kopi racik Yuk Yuli dan rokoknya, sesekali ia melirik Yuk Tinah yang sedang menyuapi balitanya.

Bergumam hati Mat Juki, karena sekelebat teringat dhawuh Pak Kiainya, “barang siapa mengisi waktu antara magrib dan isya dengan ibadah, maka dia mendapatkan pahala di antara langit dan bumi.”

Mengingat itu, imajinasi Mat Juki bereaksi. Dia mengotak-atik kalimat itu lalu dipertautkan dengan kalimat anak milenial. Kalau begitu, sama halnya jarak antara langit dan bumi itu hanya berlangsung kurang lebih satu jam. Sambil cekikikan dia meneruskan berdasar logikanya. Misal mengisi air di bak mandi dengan ukuran 1 m x 0,5 m x 1 m, maka kurang lebih satu jam bak itu terisi penuh tanpa bantuan Sanyo.

Jadi apakah langit mendekat pada waktu magrib? Entahlah. Itu kuasa Allah. Yang terpenting bagi Mat Juki, ia berhasil mengolah keredupan hatinya menjadi cahaya dengan Mat Hari yang iseng tadi.

Adzan magrib sudah terdengar dari toa mushola Al Hikmah. Tanda masuknya waktu sholat magrib. Dan Mat Juki kembali pulang ke kontrakan “paseduluran mantab jiwa”-nya.

 

Lontar, 4 Desember 2020.

“Tedjo” Andreanto

JM Damar Kedhaton tinggal di Driyorejo, Gresik.