Prolog Telulikuran DK Edisi #21 – Juli 2018 “Piala Dunia Akhirat”


Cipta, rasa dan karsa setiap manusia tidak lepas dari mencari, mengabdi, menjalani, dan bertahan hidup. Dengan kesadaran demikian, akan mudah setiap manusia menjalani hidupnya. Ketakutan, kekhawatiran, keraguan, kesulitan, kemiskinan, serta ketidakseimbangan itu merupakan poin-poin yang diujikan pada setiap manusia. Poin-poin tersebut kerap terlewatkan dan tersamarkan secara tidak sadar dalam hidup.

Efeknya manusia menjadi kalap, dikarenakan berakumulasinya rasa khawatir tidak bisa bertahan hidup. Menurut mereka, itu rasional dan tepat, jika dijadikan alasan untuk sekedar mendapatkan piala keduniaan agar bisa bertahan hidup. Manusia lupa akan hakikat hidupnya, bahwa keberlangsungan hidup tidak hanya di dunia saja, melainkan ada akhirat. Yang digembalakan bukan lagi keseimbangan, dan ketertataan hidup.

Manusia lupa akan siklus dinamika sebab-akibat ; irama menjadi nada, tanam menjadi tuai. Kini pola hidup manusia milenial ; mandeg, seakan tercekoki oleh piala-piala keduniaan. Lebih memilih selamat menjadi manusia sudra di dunia. Yang mereka fikirkan hanya keselamatan wadagnya saja. Tolak ukur survive mereka sudah bukan hakikat tujuan setelah hidup yaitu akhirat. Jika sedang ditimpa musibah, barulah mereka teringat akan akhirat yang hakiki.

Setidaknya dalam era milenial saat ini, kita masih diperkenankan sinau kesadaran menata-gembala dinamika dosis dalam menjalani hidup di dunia untuk akhirat, kapan kadar dosis dilebihkan, kapan kadar dosis dikurangkan.

Maka, tetap berpayung istiqomah, dan berpegang teguh pada wa-ilaa rabbika farghab. Mari kita jahit kembali lubang-lubang ketidaksadaran, ketidaktertataan, dan statisnya hidup dalam tema Majelis Ilmu Telulikuran “Piala Dunia Akhirat” edisi ke-21, pada :

Jumat, 06 Juli 2018
20:23 WIB
LP Ma’arif NU Madrasah & Diniyah “Darussa’adah”
Ds. Menunggal Kec. Kedamean Kab. Gresik